<< Belajar membuat blogSalamat Datang Di Blog Saya >>

Spirit at work

Work Work and Work

Staf Office Dcpts

Lokasi LSP PPT MIGAS

Staf Office Dcpts

Kick Off Meeting

Para Staf Dcpts

Lokasi Base Camp, Bintuni Papua

Kamis, 25 Januari 2018

HOUSEKEEPING

Pengertian Housekeeping

Tata graha (Housekeeping) mempunyai arti seperti berikut;
House artinya rumah, gedung, wisma, hotel. Sedangkan Keeping mempunyai arti Memelihara, merawat, menjaga. Oleh sebab itu Housekeeping di sebut juga Tata Graha.

Housekeeping (tata graha) adalah bagian dari departemen yang mengatur atau menata peralatan, menjaga kebersihan, melaporkan kerusakan dan memberi dekorasi dengan tujuan agar rumah (hotel) tersebut tampak rapi, bersih, menarik dan menyenangkan bagi penghuninya.

Departemen housekeeping tidak hanya mempersiapkan kamar-kamar tamu, namun secara keseluruhan bertanggng jawab menjaga, merawat dan membersihkan semua fasilitas hotel tersebut bersih, rapi dan nyaman. Oleh sebeb itu, semua aktivitas housekeeping bertujuan untuk memaksimalkan pemeliharan, perawatan dan kebersihan hotel secara menyeluruh dapat terjaga dengan baik.

Karyawan housekeeping memberikan pelayanan terhadap kelancaran, kesiapan dan pemeliharaan kamar tamu, public area, restaurant, meeting room, laundry, sarana olahraga dan fasilitas lainnya. Mereka merupakan bagian dari team yang selalu siap mempersiapkan dan menyambut kedatangan tamu-tamu hotel.

Karyawan housekeeping sangat peduli terhadap kenyaman tamu dengan cara memperhatikan hal-hal yang detail dan menindaklanjuti segala perbaikan-perbaikan yang diperlukan.

Dalam operasional hotel, hal-hal mengenai kebersihan dilakukan dan dilaksanakan oleh departemen housekeeping, yang kegiatannya dipimpin oleh Housekeeping Manager atau Executive Housekeeper. Secara umum, departemen housekeeping memiliki tanggung jawab area yang sangat besar, maka wajar kalau housekeeping mempunyai jumlah karyawan lebih banyak dari depertemen lainnya. Oleh sebab itu, pelaksanaan pemeliharan dan pembersihan area hotel diatur menurut seksi-seksi sebagai berikut :

1. Public Area, seksi yang mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk menjaga kebersihan, kerapihan, keindahan dan kenyamanan seluruh area hotel,
baik yang ada diluar gedung maupun didalam gedung hotel, antara lain Lobby area, restroom, restaurant,meeting room dan fasilitas untuk karyawan hotel.

2. Room, seksi yang mempunyai tanggung jawab untuk mempersiapkan dan menjaga kebersihan, kerapihan dan kelengkapan kamar tamu.

3. Laundry, seksi yang mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan linen-linen yang bersih untuk keperluaan kamar, restauran dan meeting room, menyediakan seragam bersih bagi karyawan dan membersihkan pakaian tamu yang kotor.

4. Linen dan Uniform, seksi yang bertanggung jawab untuk mengelola sirkulasi dan penyediaan seluruh linen dan uniform bagi karyawan.

5. Florist, seksi yang bertanggung jawab untuk menyediakan dan merangkai bunga-bunga yang segar untuk memperindah dekorasi dalam hotel.

6. Gardener, Seksi yang bertanggung jawab untuk memelihara tanaman-tanaman baik didalam maupun diluar hotel.

Sasaran Housekeeping
Kebersihan.
Kebersihan di suatu hotel sangat menentukan, bila kebersihan terjaga dengan baik maka tamu akan merasa nyaman dan tenang karena sanitasi dan hygine terjamin. Bahkan banyak tamu yang menentukan pilihan suatu hotel karena kebersihan hotel tersebut.
Kerapian.
Kerapian mencakup pengaturan tata letak suatu ruangan dengan perlengkapan serta dekorasi yang serasi membuat ruangan tersebut menjadi lebih menarik.
Kelengkapan.
Mengantisipasi keperluan tamu selama mereka menginap dengan melengkapi semua kelengkapan kamar sesuai dengan standardnya sehingga pengunjung merasa nyaman dan betah tinggal dan berkunjung kembali ke hotel.
Fasilitas.
Fasilitas mencakup semua peralatan yang disediakan agar dapat berfungsi dan dipergunakan oleh tamu hotel, sehingga fasilitas tersebut meningkatkan kenyamanan dan tidak menggangu kegiatan-kegiatan mereka.

Sabtu, 13 Januari 2018

CARA MEMASANG AC DENGAN SISTEM TERPISAH

Kebanyakan orang menyewa profesional untuk memasang AC dengan sistem terpisah. Tapi, jika Anda mempunyai beberapa pengalaman dengan pekerjaan pipa saluran air dan listrik, Anda dapat memasang satu rangkaian sendiri. Setiap AC bersistem terpisah atau tanpa saluran adalah unik bagi pabriknya, tetapi artikel ini menjelaskan instruksi umum untuk memasang AC bersistem terpisah.

3 Metode : 1⃣ Memasang Bagian Dalam, 2⃣ Pasang Kondensor Diluar, 3⃣ Selesaikan Pemasangan AC Dengan sistem Terpisah. 



METODE 1. MEMASANG BAGIAN DALAM
 


1. Pilih lokasi yang tidak terhalang pada interior dinding Anda untuk menempelkan unit AC dalam.
  • Hindari cahaya matahari langsung dan sumber panas.
  • Hindari lokasi dimana gas dapat bocor atau dimana kabut minyak atau sulfur ada.
  • Unit dalam membutuhkan setidaknya 6" (15 cm) ruang terbuka mengelilingi bagian atas dan sisi-sisinya. Unit ini juga harus ditempelkan setidaknya 7 kaki (2,13 m) di atas tanah.
  • Pasang unit setidaknya 3,3 kaki (1 m) dari antena kabel tenaga atau penghubung yang digunakan untuk televisi, radio, sistem keamanan rumah, interkom atau telepon. Sinyal listrik dari sumber-sumber ini dapat menyebabkan gangguan operasional pada AC Anda.
  • Dinding harus cukup kuat untuk menahan berat unit AC. Anda mungkin butuh membangun bingkai kayu atau besi untuk menyediakan bantuan tambahan.




2. Pasang lempengan pemasang pada dinding interior.Secure the mounting plate to the interior wall.
  • Tahan lempengan pemasang terhadap dinding dimana Anda ingin memasang unit dalam.
  • Gunakan waterpas untuk memastikan bingkai berbentuk kotak secara horizontal dan vertikal.
  • Bor lubang ke dalam dinding pada titik yang tepat untuk memasang lempengan pada dinding.
  • Masukkan jangkar plastik ke dalam lubang. Kencangkan lempengan pada dinding dengan sekrup.


 
3. Buat lubang dalam dinding agar cocok dengan pipa.
  • Temukan titik terbaik untuk lubang ke eksterior berdasarkan bukaan pada kotak pemasang. Anda juga harus mempertimbangkan panjang dari pipa dan jarak yang diperlukan untuk mencapai unit di luar.
  • Bor lubang berdiameter 3" (7.5 cm) ke dalam dinding. Lubang seharusnya melandai turun menuju eksterior untuk memastikan drainase yang cukup.
  • Masukkan pinggiran pipa ke dalam lubang.

 
4. Cek koneksi listrik.
  • Angkat panel depan dari unit dan buka tutupnya.
  • Pastikan kawat kabel terhubung dengan terminal sekrup. Juga, pastikan kawat kabel cocok dengan diagram yang ada pada unit.

 
5. Hubungkan pipa.
  • Salurkan pipa dari unit di dalam ke lubang yang dibor ke dalam dinding. Minimalisir tekukan untuk memastikan unit bekerja dengan baik.
  • Potong pipa PVC 1/4" (6 millimeter) lebih pendek dari panjang antara permukaan dinding interior dan eksterior Anda.
  • Pasang kepala pipa pada ujung interior dari pipa PVC. Masukkan pipa ke dalam lubang di dalam dinding.
  • Ikat pipa tembaga, kabel tenaga dan pipa saluran menjadi satu dengan selotip listrik. Letakkan pipa saluran di bawah untuk memastikan aliran air yang bebas.
  • Pasang pipa ke unit di dalam. Gunakan 2 kunci pas, yang bekerja dalam arah berlawanan, untuk mengencangkan sambungan..
  • Sambungkan pipa drainase air kepada dasar unit di dalam.
  • Masukkan pipa dan kabel yang terikat ke dalam lubang di dalam dinding. Pastikan pipa drainase membiarkan air untuk mengalir dalam tempat yang sesuai.




6. Pasang unit di dalam ke lempengan pemasang dengan menekan unit terhadap lempengan pemasang.


METODE 2. PASANG KONDENSOR DILUAR 



1. Pilih tempat yang paling baik untuk memasang unit di luar.
  • Lokasi unit di luar perlu dipasang jauh dari area yang banyak arus, berdebu atau panas.
  • Unit di luar membutuhkan ruang sebesar 12" yang mengelilingi lingkaran untuk memastikan kerja yang baik.




2. Baringkan alas beton di tanah dan pastikan alas beton seimbang. Alas ini harus cukup tinggi sehingga kondensor akan berdiri di atas permukaan salju di musim dingin.
  • Letakkan kondensor di luar di atas alas. Gunakan bantalan karet di bawah kaki unit untuk meminimalisir getaran.
  • Pastikan tidak ada antena radio atau televisi dalam jarak 10 kaki (3 meter) dari kondensor luar.




3. Sambungkan kabel listrik.
  • Buka penutupnya.
  • Lihat ke diagram pemasangan kabel unit dan pastikan kawat kabel terhubung seperti yang disarankan diagram. Mengikuti instruksi pabrik untuk pemasangan kabel adalah krusial.
  • Kencangkan kabel dengan penjepit kabel dan ganti tutupnya.



4. Pasang kepala pipa pada pipa yang sesuai di unit di luar.


METODE 3. CARA PEMASANGAN AC DENGAN SISTEM TERPISAH





1. Keluarkan udara dan kelembaban dari sirkuit pendingin.
  • Buka kepala dari katup 2 arah dan 3 arah dan dari port penghubung.
  • Hubungkan pompa selang vakum ke port penghubung.
  • Nyalakan vakum sampai vakum total dari 10mm Hg.
  • Tutup tombol tekanan rendah dan kemudian matikan vakum.
  • Tes semua katup dan sambungan untuk mengecek kebocoran.
  • Lepaskan vakum. Ganti port penghubung dan kepala pipa.

2. Bungkus sambungan dari pipa dengan tutup isolasi dan selotip isolasi.


3. Pasang pipa pada dinding dengan penjepit pipa.


4. Tutup lubang di dinding dengan menggunakan busa poliuretan yang mengembang. 


Tips

  • Jangan lewatkan langkah mengisolasi tabung dari unit di dalam sampai di luar. Jika pipa drainase bocor, isolasi akan mencegah kerusakan pada dinding atau tiang Anda.
  • Selalu ikuti instruksi pabrik yang ada dengan AC sistem terpisah Anda ketika Anda memasang unit di rumah atau kantor Anda.
  • Sediakan stop kontak khusus untuk AC Anda.

Peringatan

  • Ikuti semua kode hukum untuk pemasangan kabel listrik dan aspek pemasangan lainnya.
  • Beberapa pabrik AC sistem terpisah mengosongkan garansi unit jika tidak dipasang oleh pedagang berlisensi.
  • Jangan biarkan kabel apapun menyentuh kompresor, tabung pendingin atau bagian kipas yang bergerak.

Hal yang Anda Butuhkan

  • Waterpas
  • Bor dengan mata bor
  • Jangkar plastik
  • Sekrup
  • Gergaji pendorong atau gergaji lubang
  • Selotip listrik
  • 2 kunci pas
  • Pengikat kabel
  • Pompa vakum
  • Penutup dan selotip isolasi
  • Pengikat
  • Busa puliuretan mengembang
 

Jumat, 12 Januari 2018

SERCEL TMS TESTER

TMS428 adalah sistem uji yang didedikasikan untuk bidang elektronik 428XL. Ini terutama terdiri dari komputer PC dan unit antarmuka (TMU428) yang intinya adalah LAUX-428 yang dilengkapi dengan perangkat lunak tertentu yang memungkinkannya melakukan fungsi uji akuisisi dan lanjutan.


Sensor SMT-200, SMT-300 & SMT-400

 Sensor SMT-200

Teknologi canggih SMT-200 Geophone Tester cukup kecil untuk muat di satu tangan dan
menyediakan pengujian lapangan dan base camp dari senar geofon atau elemen individual sesuai spesifikasi pabrik. • Uji impedansi low-drive menempatkan elemen lengket

• Konstan pada monitor layar status baterai
• Perangkat lunak diagnostik mandiri disertakan
• Termasuk perangkat lunak yang diperlukan untuk R.F.I.D. Pembaca Tag
• Portabilitas yang benar dengan alat pengukur geofon yang dipegang tangan, batterypowered, mandiri ini
• Urutan uji yang dapat dipilih oleh pengguna mengukur semua parameter kinerja geofon utama
• Menguji penyimpanan rekaman untuk diunduh ke PC melalui link RS-232, yang memungkinkan pelacakan kinerja string
• Perangkat lunak berbasis menu menyediakan fungsi pengguna yang lengkap dan dapat diprogram
• Perpustakaan spesifikasi geofon untuk rekonfigurasi tester sederhana
• Upgrade perangkat lunak yang mudah melalui link RS-232
• Paket baterai yang dapat ditukar.






Sensor SMT-300
Generasi keempat tester geofon seri SMT ini sama-sama di rumah di laboratorium atau lingkungan lapangan, dan sekali lagi menetapkan standar industri untuk menguji senar geofon atau elemen individual sesuai standar pabrik.

Baterai NiMH internal akan menyalakan SMT-300 selama lebih dari 15 jam operasi lapangan dan pengisi onboard serbaguna dapat menampung 12 - 30 VDC. adaptor 110 - 260 VAC) Saat pengisian cepat mode yang dipilih, SMT-300 Anda dapat diisi ulang dan siap digunakan dalam waktu 2 jam.

Tahan air, bodi aluminium kasar dari penguji, keypad daya tahan yang lebih baik, dan tas jinjing yang disesuaikan memastikan bahwa SMT-300 Anda akan memberikan semua keandalan dan kinerja yang Anda permintaan selama bertahun-tahun yang akan datang.

  • kompatibel dengan SMT-200
  • Terproteksi pada tes terakhir SENSOR
  • Tubuh alumunium die cast yang kokoh
  • Keypad piezo daya tahan tinggi
  • Perpustakaan spesifikasi geofonika
  • Baterai NiMH isi ulang on-board yang tahan lama
  • Download / upload data ke PC
  • Platform uji coba yang dapat diupgrade di masa depan.




Sensor SMT-400• kompatibel dengan SMT-200 & SMT-300 Geophone Testers• Terprestasi ke standar uji mutu ISO SENSOR terakhir• Perpustakaan spesifikasi Geophone & String• Ringan, perumahan ultra kasar• Antarmuka pengguna grafis intuitif dengan tombol lembut• Dukungan multi bahasa untuk navigasi menu yang mudah• 1/4 warna VGA, tampilan kristal cair transversal yang mudah dibaca• Menguji konfigurasi string yang umum dari 5Hz sampai 60Hz• Keypad bertekanan tinggi tahan lama• Sambungan komunikasi PC USB• Indikator LED merah, kuning, hijau• Memori internal 128MB memberikan kapasitas penyimpanan data lebih dari 100.000 hasil tesGenerasi kelima SMT series Geophone Tester yang sekali lagi menetapkan standar industri untuk pengujian geofon dan string. SMT-400 menggunakan kemajuan terbaru dalam analog dan digital termasuk resolusi tinggi 24 bit Sigma-Delta A / D converter yang memberikan kecepatan dan akurasi dalam proses pengumpulan data. Tersedia dalam bahasa yang diminta pengguna (setel ulang default ke bahasa Inggris). Baterai standar Li-ion yang dapat diganti dengan kapasitas tinggi menawarkan pengoperasian lebih dari 8 jam.  



Peripherals 

Test Equipment

SENSOR SMT200

SENSOR SMT300

SENSOR SMT400

 

        

 

Rabu, 10 Januari 2018

7 Penyebab Kecelakaan Kerja

Ada beberapa macam jenis bahaya kerja (hazard). Namun ternyata diantara jenis-jenis bahaya kerja tersebut ada satu jenis yang nampaknya sederhana tapi justru berperan besar dalam mayoritas kecelakaan kerja, jenis bahaya tersebut adalah behavioral hazards / bahaya perilaku. Perhatikan statistik berikut: 80 dari 100 kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia yang mengakibatkan kecelakaan. Kesalahan manusia ini erat kaitannya dengan perilaku yang tidak aman (unsafe behavior). Tindakan atau perilaku yang tidak aman ini menyebabkan kecelakaan kerja empat kali dari kecelakaan atau cidera yang diakibatkan kondisi yang tidak aman.


Ada banyak alasan mengapa kecelakaan terjadi. Kebanyakan orang cenderung melihat sesuatu untuk disalahkan ketika terjadinya kecelakaan, karena lebih mudah dibandingkan mencari penyebab kecelakaan seperti daftar dibawah ini. Pertimbangkan penyebab kecelakaan yang dijelaskan di bawah ini. pernahkah Anda merasa bersalah terhadap tidakan atau perilaku berikut ini? Jika ya, Anda mungkin tidak mengalami cidera tetapi lain kali Anda mungkin tidak seberuntung sekarang.
  1. Mengambil jalan pintas: tiap hari kita mengambil keputusan dan berharap akan membuat pekerjaan lebih cepat dan lebih efisien. Tetapi apakah waktu yang mengamankan tiap resiko keselamatan Anda? Jalan pintas menurunkan keselamatan anda dalam bekerja dan meningkatkan kemungkinan Anda cidera. Percaya atau tidak, sebenarnya perilaku yang safe lah yang paling efisien dan efektif. Berbicara mengenai keefektifan dan keefesienan, ergonomi atau K3 sangat berperan penting untuk mengeliminasi waste (hal-hal yang mengganggu keefesienan), selengkapnya Disini.
  2.  
  3. Percaya diri yang berlebih: percaya diri itu bagus. Tetapi terlalu percaya diri kadang tidak terlalu bagus. Perilaku seperti ini dapat menyebabkan prosedur, perkakas atau metode kerja yang tidak benar dalam pekerjaan Anda. Hal ini dapat menyebabkan Anda cidera.
  4. Memulai tugas dengan instruksi yang tidak tuntas: untuk melakukan pekerjaan dengan aman dan benar pertama kali Anda perlu informasi yang tuntas. Pernahkan Anda melihat seorang pekerja disuruh melakukan pekerjaan, hanya diberikan sebagian instruksi kerja? Jangan malu bertanya untuk dijelaskan tentang prosedur kerja dan peringatan keselamatan. Hal ini tidaklah membuat Anda bodoh bertanya tentang hal ini tetapi Anda salah jika tidak bertanya.
  5. Kerapian yang buruk: ketika klien, manajer, atau petugas keselamatan melewati area kerja Anda, kerapian adalah indikator yang akurat menilai perilaku seseorang tentang qualitas, produktifitas dan keselamatan. Kerapihan yang buruk menimbulkan berbagai tipe bahaya. Area kerja yang rajin, rapih dan dirawat membuat kebanggaan, kenyamanan dan keselamatan meningkat. Kerapian ini dalam industri sering disebut dengan 5S atau 5R, selengkapnya Disini, Disini
  6. Tidak memperdulikan prosedur keselamatan: dengan sengaja tidak memperdulikan prosedur keselamatan dapat membahayakan Anda dan rekan kerja Anda. Anda digaji untuk mengikuti kebijakan keselamatan perusahaan bukan membuat aturan Anda sendiri.
  7. Ganguan mental dari pekerjaan: memiliki hari yang buruk di rumah dan cemas dengan permasalahan di rumah ketika di tempat kerja adalah kombinasi yang berbahaya. Mental yang jatuh dapat membuat fokus anda buyar untuk mengikuti prosedur kerja yang aman.
  8. Gagal merencanakan pekerjaan: banyak referensi yang mengatakan tentang analisa bahaya kerja JSA adalah cara yang efektif untuk menemukan cara yang pintar dalam bekerja dengan aman dan efisien. Bekerja dengan tergesa-gesa saat memulai pekerjaan, atau tidak berfikir tentang proses kerja dapat menempatkan anda melakukan cara yang berbahaya. Lebih baik rencanakan pekerjaan anda kemudian bekerjalah sesuai recana tersebut.
“Lebih baik berhati-hati 100 kali dari pada sekali mati” Mark Twain

Contractor Safety Management System (CSMS)

CSMS adalah suatu Sistem Manajemen K3 yang diterapkan kepada kontraktor, meliputi beberapa elemen K3 yang sesuai dengan standar yang diacu (ISRS, ANSI, OHSAS, dll). CSMS sebagai bahan pertimbangan awal oleh perusahaan main contractor untuk menilai kinerja Kontraktor yang akan diterimanya


Mengapa Perusahaan Wajib Menerapkan CSMS?
  • Syarat untuk dapat lolos prakualifikasi di Total, Unocal, dan Vico
  • Meningkatkan profit perusahaan.
  • Mengurangi angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
  • Membangun citra positif perusahaan
Kapan Perusahaan Wajib Menerapkan CSMS?

1. Tahap Kualifikasi
  • Penilaian Resiko
  • Pra-kualifikasi
  • Pemilihan
2. Tahap Pelaksanaan
  • Aktivitas awal pekerjaan
  • Pada saat pekerjaan berlangsung
  • Evaluasi akhir
Penilaian Resiko :
  • Menilai dan menakar resiko aktivitas pekerjaan yang akan dikontrakkan.
  • Mengkategorikan resiko dengan kategori rendah, menengah dan tinggi.
Hal hal yang memperngaruhi resiko :
  • Jenis pekerjaan
  • Lokasi pekerjaan
  • Potensi celaka karena bahaya di tempat kerja.
  • Potensi celaka karena aktivitas kontraktor
  • Pekerjaan simultan oleh beberapa kontraktor
  • Lamanya pekerjaan
  • Pengalaman dan keahlian kontraktor
Pra Kualifikasi :
Untuk meniliti kualifikasi kontraktor dalam hal K3. Hanya mereka yang memiliki sistem K3 yang akan diikutkan di dalam proses tender.
 
Pemilihan/Seleksi :
Untuk memilih kontraktor terbaik diantara mereka yang mengikuti tender.

Aktivitas Awal Pekerjaan :
  • Adalah langkah untuk membuka komunikasi awal antara petugas lapangan kontraktor dan petugas lapangan perusahaan minyak dan tambang.
  • Pre job activity meeting at office
  • Pre job activity meeting at site
  • Rencana Kerja (work plan)
  • Review Potential Hazards and Safety Aspect
  • Emergency Response Plan and Procedure
  • Pre Job safety Meeting – site
  • Orientasi Lapangan
  • Finalization All Safety Requirement
  • Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada Saat Pekerjaan Berlangsung :
  • Inspeksi Keselamatan Kerja (Safety Inspection)
  • Program Keselamatan Kerja (Safety Program): Safety Meeting, Safety Inspection, Safety Promotion, Safety Communication, Emergency Drills and Exercise, Incident Investigation
Evaluasi Akhir :
  • Adalah langkah penilaian kinerja K3 kontraktor selama pra-kualifikasi dan Pekerjaan Berlangsung.
  • Hasil evaluasi akan disimpan di data bank, menjadi bahan pertimbangan apakah kontraktor tersebut layak untuk mendapat pekerjaan yang akan datang
  • Kinerja Keselamatan Kerja :
  • Safe working hours
  • Frequensi rate & Severity rate
  • Masalah-masalah Keselamatan Kerja
  • Laporan Kecelakaan, kerusakan, kejadian, nyaris celaka dan anomaly.
  • Pelatihan yang diadakan.
Proses CSMS ini banyak mempunyai kendala di beberapa perusahaan yang belum mempunyai sistem manajemen K3, ataupun sudah ada namun tidak terimplementasikan sepenuhnya. Beberapa hal yang kadang dilewatkan ataupun tidak disadari oleh Line Management ataupun karyawan bahwa, pendokumentasian setiap proses pekerjaan amatlah penting. Hal itu bertujuan untuk memonitor dan mendeteksi suatu proses pekerjaan, yang didalamnya terdapat informasi-informasi penting yang pada suatu saat akan dibutuhkan.

Contoh sederhana dari pertanyaan kuesioner CSMS adalah komitmen manajemen dan bukti keterlibatan langsung pada implementasi Sistem Manajemen K3, disini secara nyata bahwa Top Management mempunyai peran yang sangat penting sebagai orang pertama yang bertanggung jawab tentang K3 diperusahaannya. Untuk memastikan proses ini dijalankan maka perlu di lakukan implementasi seperti HSE Manajemen Meeting yang terjadwal. Dan yang lebih penting lagi, setiap melakukan pertemuan atau meeting wajib dibuatkan Minute of Meeting lengkap dengan daftar hadirny.

Hal-hal sederhana yang sering terlewatkan seperti inilah, yang mempunyai efek pada proses CSMS ini. Oleh karena itu pada pelaku perusahaan, buatlah sistem yang rapi, terintegrasi. Dengan menentukan objectives dan target dan goal yang ingin dicapai, tentunya di sisi K3.



Bahaya di Tempat Kerja

Bahaya berbeda dengan resiko. Bahaya (hazard) adalah sesuatu yang dapat menyebabkan cedera pada manusia atau kerusakan pada alat atau lingkungan. Sedang resiko (risk) didefinisikan sebagai peluang terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya (hazard).


Trus apa saja yang dapat menjadi sumber hazard? Berikut adalah macam-macam kategori hazard (Wells, 1996; Plog, 2002; Donoghue, 2004):
  1. Physical hazards: suara bising, radiasi, getaran, temperatur
  2. Chemical hazards: zat beracun, debu, uap berbahaya
  3. Mechanical hazards: mesin, alat-alat bergerak
  4. Electrical hazards: arus listrik, percikan bunga api listrik
  5. Ergonomic hazards: ruangan sempit, mengangkat, mendorong, dsb (catatan: sebenarnya ergonomi tidak hanya melingkupi hal-hal ini karena ergonomi sebenarnya adalah prinsip atau azas K3 secara keseluruhan, namun karena istilah ergonomi mulai dikenal dari ranah postur kerja, beban kerja, MSD dan sejenisnya maka bisa dimaklumi jika hal-hal seperti ini lebih erat dengan istilah ergonomi)
  6. Behavioral hazards: tidak mematuhi peraturan, kurangnya ketrampilan kerja
  7. Environmental hazards: cuaca buruk, api, berkerja di tempat tak rata
  8. Biological hazards: virus, bakteri, jamur, parasit
  9. Psychosocial hazards: waktu kerja yang lama, tekanan atasan, trauma
Segala macam potensi hazard tersebut harus diidentifikasi. Untuk memudahkan pengidentifikasian, ada beberapa macam metode yang dapat digunakan seperti What-If Analysis, Energy Barrier Analysis, dan lainnya. Setelah hazard teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah menilai sejauh mana pengaruhnya terhadap keselamatan karyawan dan keseluruhan operasi. Penilaian ini umumnya menggunakan dua parameter: konsekuansi dari suatu hazard dan kemungkinan frekuensi kejadian. Peringkat paling tinggi akan ditempati oleh hazard yang mampu menimbulkan konsekuensi kerusakan besar dikombinasikan dengan frekuensi kejadian yang sering atau berulang dan hazard atau bahaya ini disebut sebagai critical hazard. Semua critical hazard harus mendapat perhatian dan penanganan sesegera mungkin.

Bahaya-bahaya (hazards) di tempat kerja tersebut harus ditangani dengan prinsip ergonomi yakni menyesuaikan kerja dengan keterbatasan atau kapasitas manusia (fit the task to the worker). Misalnya kebisingan harus dikontrol karena manusia mempunyai batasan paparan, zat-zat kimia korosif harus dikontrol karena tubuh manusia tidak mampu kontak dengan zat tersebut, desain control dan display mesin harus disesuaikan dengan karakteristik kognitif manusia sehingga mengurangi eror, shift kerja disesuaikan dengan kapasitas beban kerja manusia dan masih banyak lagi. Semua itu dilakukan melalui tiga cara yakni engineering control, work practice control, dan alat pelindung diri.



Kontrol Perlindungan Pekerja dari Bahaya di Tempat Kerja 

Dalam ergonomi sistem kerja harus disesuaikan dengan manusia atau pekerja (fit the job to the man / the worker). Termasuk jika dalam sistem kerja tersebut terdapat bahaya atau risiko (hazards) yang mengancam pekerja, maka sistem kerja tersebut harus didesain atau redesain agar “sesuai” dengan pekerja (tidak mungkin kan si pekerja harus dilatih atau “dievolusikan” supaya kebal terhadap hazards tersebut). Hal tersebut perlu dilakukan karena hazards tersebut dapat mengganggu keselamatan, kesehatan, produktivitas, dan kualitas kerja. Jadi perusahaan harus melindungi pekerja dari bahaya-bahaya atau risiko-risiko (hazards) di tempat kerja tersebut seperti mesin, bahan berbahaya, dan prosedur kerja yang berbahaya. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan control.

Perusahaan harus melakukan kontrol yakni kontrol rekayasa / keteknikan (engineering controls) dan kontrol metode kerja (work practice controls). Jika kedua control tersebut tidak dapat mengeliminasi bahaya atau risiko (hazards) maka gunakanlah alat pelindung diri (APD) atau personal protective equipment (PPE) yang tepat.  Jadi APD adalah kontrol tingkat terakhir (Remember, PPE is the last level of control!).

Engineering controls

Hazards dapat dieliminasi dengan engineering controls jika mesin atau lingkungan kerja dapat diubah (baik diubah dalam hal fisik atau non fisik, tapi umumnya berkaitan dengan fisik) untuk mencegah pekerja terkena efek atau bahaya dari hazards.


Contoh engineering controls:
  • Spesifikasi desain
  • Mengganti dengan bahan atau material yang tidak berbahaya / mempunyai tingkat bahaya lebih rendah
  • Mengganti proses
  • Mengurung proses
  • Mengisolasi proses
  • Ventilasi, dsb
Work practice controls

Hazards dapat dieliminasi dengan work practice controls jika pekerja dapat terhindar dari efek atau bahaya dari hazards dengan cara merubah cara atau prosedur kerja.


Contoh work practice controls:
  • Menggunakan metode kerja yang basah untuk menekan debu
  • Personal hygiene
  • Housekeeping dan perawatan / maintenance
  • Rotasi kerja, dsb

 


 

SISTEM MANAJEMEN K3

Sekilas tentang Sistem Manajemen K3, secara normatif sebagaimana terdapat pada PER. 05/MEN/1996 pasal 1, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pen capaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.



Tujuan dan sasaran SMK3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Karena Sistem Manajemen K3 bukan hanya tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggungjawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya.

Selain itu penerapan Sistem Manajemen K3 juga mempunyai banyak manfaat bagi industri kita antara lain :

Manfaat langsung:
  1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja
  2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja
  3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman dalam bekerja.
Di samping itu juga, Sistem Manajemen K3 juga memiliki banyak manfaat tidak langsung yakni:
  1. Meningkatkan image market terhadap perusahaan
  2. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan
  3. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin lama
Pentingnya K3

Kondisi global saat ini berpengaruh terhadap stabilitas usaha di Indonesia dan memberikan dampak kurang menguntungkan dan berimbas pada aspek perlindungan ketenagakerjaan. K3 merupakan salah satu aspek perlindungan ketenagakerjaan dan merupakan hak dasar dari setiap tenaga kerja yang ruang lingkupnya telah berkembang sampai kepada keselamatan dan kesehatan masyarakat secara nasional.

Pemikiran dasar dari K3 adalah melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Apabila semua potensi bahaya telah dikendalikan dan memenuhi batas standar aman, maka akan memberikan kontribusi terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat dan proses produksi menjadi lancar, yang pada akhirnya akan dapat menekan risiko kerugian dan berdampak terhadap peningkatan produktivitas.

Oleh karena itu dalam kondisi apapun K3 wajib untuk dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan standar baik nasional maupun internasional. Guna mendukung terlaksananya K3 di Indonesia secara seragam dan serentak dalam rangka menjamin keselamatan tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja, pengoperasian peralatan produksi secara amandan efisien serta memperlancar proses produksi maka sangatlah strategis bila mana dalam bulan K3 ini seluruh masyarakat untuk diberdayakan sehingga dapat diwujudkan Gerakan Efektif Masyarakat Membudayakan K3 (Gema Daya K3) secara nasional, regional dan bahkan secara internasional.

Gema Daya K3

Gema Daya K3 merupakan strategi dalam menyukseskan Gerakan Nasional Pembudayaan K3 yang ditujukan pada peningkatan peran aktif dan potensi masyarakat untuk mewujudkan budaya K3 di setiap tempat kerja dan dalam hal ini pemerintah, baik pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota sebagai motivator Gema Daya K3, maka kegiatan Gema Daya K3 sebagai gerakan bersama-sama, menyeluruh, dan terpadu harus dilaksanakan dengan rasa tanggungjawab secara berjenjang sesuai dengan tata cara sistem pemerintahan saat ini.

 
Untuk melaksanakan Gema Daya K3, pemerintah kabupaten/kota melalui kewenangannya untuk mengatur dan mengurus pelaksanaan di wilayahnya. Sedangkan pemerintah provinsi mempunyai kewenangan melakukan koordinasi kegiatan dan mendistribusikan hasil kegiatan sebagai laporan kepada pemerintah. Pemerintah dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI bersama dengan pemangku kepentingan terkait menetapkan kebijakan dan program sebagai acuan, pedoman dan petunjuk pelaksanaan serta menidaklanjuti untuk pembinaan dan penghargaan secara nasional. Untuk penyelenggaraan Gema Daya K3, pemerintah mengeluarkan petunjuk pelaksanaan yang dapat digunakan sebagai pedoman oleh semua pihak dari tingkat pusat sampai daerah.

Melalui pengoptimalan Sistem Manajemen K3 dan mengupayakan Gema Daya K3 diharapkan seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat umum maupun industri, para cendikiawan, organisasi profesi, asosiasi dan lain-lain dapat termotivasi untuk berperan aktif dalam peningkatan pemasyarakatan K3 sehingga tercipta pelaksanaan K3 secara mandiri dan dapat mendukung pencapaian “Indonesia Berbudaya K3 Tahun 2015”.



Kebutuhan SDM dan Profesional K3 

Sumber daya manusia (SDM) dan professional di bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) banyak dibutuhkan.
Dilihat dari sejarah modern, sebenarnya ada tiga tahap perkembangan kebutuhan profesional di bidang K3 dari dekade ke dekade yang bisa digambarkan pada grafik di bawah ini:
(klik gambar untuk memperbesar gambar)
Tahap I
  • Aktivitas sporadik
  • Pelayanan kedokteran ( terapi dan rehabilitasi) penyakit umum
  • Oleh perawat atau dokter umum dan perawat
  • Pasif menunggu pasien
  • Orientasi penyakit (masyarakat umum mengira sebagai pelayanan kesehatan kerja) 
Tahap II
  • Pelayanan kesehatan kerja komprehensif
  • Tak lengkap, tak khusus
  • Belum spesialisasi
  • Dominan masih terapi dan rehabilitasi  penyakit umum serta penyakit akibat kerja
  • Orientasi protektif dengan higiene industri, belum promotif
Tahap III
 
Pelayanan Kesehatan kerja fokus promotif dan protektif (lengkap, khusus, multidisiplin, terstandarisasi)

Sub tahap III A
  • Aktif bekerja dengan pekerja
  • Berorientasi risiko dan manajemen risiko
Pada sub tahap ini, tim terdiri dari professional:
*Dokter kesehatan kerja, perawat kesehatan kerja 
*Promosionis kesehatan pekerja
*Higienis industri
*Ergonom industri
*Pengembang organisasi kerja dan budaya kerja

Sub tahap III B

Tim A berkoordinasi untuk  terapi dan rehabilitasi, dan surveillance medik  dengan tambahan professional:
*Dokter spesialis kedokteran okupasi dan spesialis kedokteran lain, dalam bentuk out-sourcing.

(keseluruhan A dan B berciri komprehensif). 

Referensi: Kesehatan Kerja (definisi, ruang lingkup, penyakit akibat kerja & promosi kesehatan di tempat kerja), Dr. Robiana Modjo, SKM, MKes.

 

Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja 

Profesional di bidang K3 ada beberapa macam. Ada yang dari kalangan engineer, kesehatan masyarakat, dokter dsb. yang masing-masing memiliki fokus dan keahlian yang bervariasi. Namun secara umum, sebagai profesional di bidang K3, mereka mempunyai tugas-tugas yang pada intinya sama.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.03/Men/1982, pasal 2, tugas pokok Pelayanan Kesehatan Kerja meliputi:
  1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus
  2. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
  3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
  4. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
  5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
  6. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja 
  7. Pertolongan  Pertama Pada Kecelakaan 
  8. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petuga
  9. Memberikan nasihat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja
  10. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja
    Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan tertentu dalam Kesehatannya
  11. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus.   

 

Keselamatan Berbasis Perilaku (Behavior Based Safety) 

Sebagian besar kecelakaan kerja dan near miss yang menimpa manusia di tempat kerja disebabkan oleh faktor perilaku dari manusia itu sendiri. Karena itulah faktor perilaku menjadi banyak sorotan utama dari tiap isu K3 di tempat kerja. Oleh karena itu program-program yang diterapkan untuk meningkatkan performa K3 pun harus menyentuh faktor perilaku yang selanjutnya sering disebut dengan Keselamatan Berbasis Perilaku atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan Behavior Based Safety (BBS). Kita mengenal banyak program-program seperti kampanye BBS, observasi BBS, dan program-program lainnya yang biasanya berbau kampanye, commentary, dan observasi yang berkaitan dengan perilaku pekerja. Perilaku yang dimaksud disini berhubungan dengan perilaku manusia saat bekerja atau berada di area kerja yang sangat banyak bersinggungan dengan alat-alat kerja, benda kerja, kendaraan kerja, langkah / prosedur kerja, dan sebagainya.


Apa itu perilaku?

Menurut Geller (2001), perilaku mengacu pada tingkah laku atau tindakan individu yang dapat diamati oleh orang lain. Dengan kata lain, perilaku adalah apa yang seseorang katakan atau lakukan yang merupakan hasil dari pikirannya, perasaannya, atau diyakininya. Perilaku manusia menurut Dolores dan Johnson (2005 dalam Anggraini, 2011) adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan atau genetika. Skinner, merumuskan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan dan respon. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut dengan teori “S-O-R” atau “Stimulus-Organisme-Respons”.

Faktor penentu perilaku terbagi atas 2 bagian yakni faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan dan berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar, misalnya tingkat pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, jenis kelamin, dan sebagainya dan faktor eksternal, meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non-fisik, seperti iklim, manusia, sosial, budaya, ekonomi, politik, kebudayaan dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan mewarnai perilaku seseorang.

Dari definisi-definisi di atas dapat dilihat bahwa perilaku berkaitan dengan faktor internal seperti pikiran dan emosi serta adat atau budaya, karena itulah ada istilah safety culture. Selain itu juga dapat dilihat bahwa salah satu faktor internal yakni pengetahuan sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia, karena itu ada program safety awareness untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan manusia mengenai keselamatan. Selain itu dapat dilihat bahwa perilaku berhubungan dengan faktor eksternal dan stimulus, oleh karena itu program-program yang dapat memberikan stimulus terhadap perllaku pekerja seperti kampanye, observasi, bahkan reward dan punishment itu memang harus diterapkan.

Jika sebagian besar kecelakaan kerja disebabkan karena faktor perilaku apakah ini berarti kita harus lebih banyak menekankan program K3 pada faktor perilaku daripada faktor desain tempat / sistem kerja?

Faktor perilaku memang penting bahkan sangat amat penting. Namun bukan berarti kita tidak perlu fokus ke desain tempat kerja dan teknologi atau aspek engineering untuk safety saat bekerja. Bisa jadi kita justru harus fokus di aspek teknologi atau engineering ini, mengapa? Karena teknologi sedikit banyak dapat “menutupi” faktor perilaku manusia dan perlu diingat  bahwa terdapat banyak sekali kesalahan yang diakibatkan perilaku manusia dalam sistem termasuk sistem kerja. Penerapan teknologi yang melibatkan perilaku manusia (human behavior) termasuk juga human factors harus diterapkan untuk mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh faktor perilaku. Karena seperti yang telah disebutkan di atas, perilaku selain ditentukan dari faktor eksternal juga ditentukan dari faktor internal yang sudah melekat pada diri manusia tersebut.

 Faktor-faktor internal biasanya berupa karakteristik atau kapasitas seperti kognisi, kecerdasan, persepsi, jenis kelamin yang dapat menimbulkan perilaku manusia yang tidak diinginkan ketika desain lingkungan kerja melebihi kapasitas manusia tersebut. Sebagai contoh peningkatan desain dan teknologi pada pesawat luar angkasa dan pada kendaraan telah banyak sekali mengurangi insiden yang disebabkan oleh human error salah satunya adalah karena teknologi dapat menjadi barrier dan dapat menggantikan beberapa peran dan pekerjaan manusia yang dirasa berpotensi melebihi kapasitas manusia seperti pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi atau pekerjaan yang berulang-ulang atau pekerjaan yang sangat dekat dengan sumber bahaya kerja dan sebagainya. Dengan desain ini kesalahan akibat perilaku manusia dapat dicegah atau dibatasi efeknya. Desain yang kita maksudkan disini tentunya harus mengacu pada hierarki kontrol yakni eliminasi, substitusi, engineering control, administrative control, dan alat pelindung diri.

Apakah program-program dengan sasaran BBS itu efektif?


Beberapa orang berpendapat bahwa untuk mengampanyekan BBS lebih efektif melalui meeting informal ataupun obrolan-obrolan ringan daripada meeting resmi atau acara kampanye atau workshop resmi. Apakah Anda setuju dan memiliki pengalaman serupa? Memang proses sosialisasi BBS itu sangat menantang karena hal ini sangat berkaitan dengan budaya disiplin dan di masyarakat negara kita masih cukup “baru” dengan safety culture ini dan diakui atau tidak diakui budaya disiplin di negara kita juga masih perlu banyak perbaikan. Namun jangan khawatir, perubahan budaya dan perilaku dapat terjadi melalui proses pembelajaran dan peningkatan awareness. Proses pembelajaran tersebut terjadi dengan baik bila proses pembelajaran tersebut menghasilkan perubahan perilaku yang relatif permanen.

Kesimpulannya, perilaku manusia sangat berkontribusi dalam performa K3 di tempat kerja. Karena itu program untuk meningkatkan Keselamatan Berbasis Perilaku (Behavior Based Safety) yang efektif harus diterapkan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan performa K3 di tempat kerja.