<< Belajar membuat blogSalamat Datang Di Blog Saya >>

Rabu, 10 Januari 2018

PEREKAMAN DATA ( RECORDING ) SERCEL SN428XL

Departemen recording bertanggung jawab melakukan perekaman dengan produktifitas yang baik dengan tetap menjaga kualitas data. Uraian pekerjaan perekaman antara lain:

1. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pekerjaan perekaman data seismik.


2. Mengkoordinasikan dan mengawasi transportasi peralatan perekaman di lapangan.


3. Memasang, membongkar, mengangkut serta merawat instrumen beserta kelengkapannya di lapangan.


4. Memasang geophone pada lintasan survey sampai mencapai lapisan tanah yang stabil dengan bantuan alat penekan geophone dengan jarak antar geophone sesuai parameter lapangan yang telah ditetapkan oleh rekanan.


5. Pada permukaan yang keras, misalnya batu gamping atau kerikil, menggunakan super planter untuk melubangi tanah sehingga geophone terpasang dengan stabil.


6. Merawat keseluruhan peralatan lapangan mulai dari geophone, kabel, FDU, alat kontrol utama serta peralatan perekaman lainnya.


7. Memasang dan menghubungkan group geophone pada lintasan serta menyambungkannya ke FDU.


8. Memasang LAUL, LAUX, baterai, kabel dan peralatan lainnya pada posisi-posisi yang diperlukan sehingga pekerjaan perekaman berjalan dengan baik.


9. Membuka lubang bor yang telah diisi bahan peledak dan menyambungkan kabel detonator dengan firing line blaster.


10. Melakukan tes detonator. Jika detonator bekerja dengan baik maka pekerjaan dilanjutkan ke tahap berikutnya. Yang dimaksud detonator bekerja dengan baik adalah memenuhi persyaratan untuk diledakkan.


11. Meledakkan bahan peledak dengan koordinasi dengan observer yang berada di Labo.


12. Melakukan bor ulang atau bor lubang baru kemudian mengisinya dengan bahan peledak dan merekam kembali data titik tembak tersebut jika sebelumnya terjadi misfire. Posisi lubang baru adalah pada radius maksimum 5 m dari lubang sebelumnya.


13. Memperbaiki geophone, kabel, LAUL, LAUX, dan peralatan lainnya yang rusak.


14. Perekaman data dilakukan pada dua buah tape sekaligus.


15. Melepas geophone dari tanah dan sambungannya dengan FDU, melepas kabel link dan menggulungnya.



PEMASANGAN INSTRUMENT RECORDING SERCEL SN408XL

A. Pemasangan Instrumen 2D

Labo dihubungkan ke lintasan dengan menggunakan kabel transverse. Kabel transverse dari Labo dihubungkan dengan LAUX yang berada di lintasan. Apabila kabel transverse dihubungkan di port right transverse di Labo, maka pada LAUX kabel transverse tersebut dihubungkan ke port left transverse dan demikian juga apabila dilakukan hal sebaliknya. Kemudian LAUX akan terhubung dengan kabel link FDU melalui port High Line dan Low Line. Port high line terhubung ke trace besar sedangkan low line terhubung ke trace kecil.


Di setiap 10 kabel link atau sama dengan setiap 40 trace atau FDU dari LAUX dipasangan LAUL. Sebenarnya jumlah FDU maksimal adalah 60 FDU dengan panjang kabel antar FDU 30 m, 48 FDU dengan jarak kabel antar FDU 55 m, dan 40 FDU jika panjang kabel antar FDU 75 m. Namun dengan bertambahnya usia dari kabel dan instrumen yang lain maka kerakteristik tersebut akan berkurang. Maka untuk menghindari kegagalan pada saat perekaman maka kita menggunakan parameter yang berada di bawah kemampuan maksimal instrumen.


Apabila LAUX tidak tersedia, maka posisi LAUL dapat digantikan dengan LAUX tetapi sebaliknya kita tidak dapat menggantikan fungsi LAUX dengan LAUL.


Pemasangan instrument pada survey 2D

B. Pemasangan Instrumen 3D

Pada perekaman 3D terdapat lebih dari satu lintasan yang aktif pada satu titik tembakan. Dalam satu lintasan dibutuhkan minimal satu buah LAUX. LAUX berfungsi untuk menghubungkan lintasan yang satu dengan lintasan yang lain, dan juga burfungsi untuk menghubungkan Labo ke kabel di lintasan. Koneksi antar lintasan melalui port Left Transverse dan Right Transverse pada LAUX, kabel yang digunakan adalah kabel transverse.
Lintasan-lintasan pada perekaman 3D adalah sejajar dan jarak antar lintasan adalah saman antara lintasan yang satu dengan yang lainnya.
Yang perlu untuk diperhitungkan adalah jumlah channel aktif maksimal. Kabel transverse mempunyai kemampuan maksimal untuk 2000 channel aktif. Sedangkan satu line mempunyai kemampuan 1000 channel aktif.
Channel aktif maksimum

Pemasangan instrument pada survey 3D

 INSTRUMENT TEST ( SERCEL SN408XL )

Intrument Test dilakukan setiap hari sebelum perekaman dilakukan. Intrument Test dilakukan untuk memeriksa apakah FDU yang digunakan dalam kondisi bagus atau tidak. Semua FDU yang digunakan pada hari itu harus sudah menjalani Daily Instrument Test. Hasil Instrument Test pada panel Numeric disimpan sebagai bukti Instrument Test telah dilakukan.


Tampilan window Test Setup

Untuk melakukan Instrument Test posisi Tab harus berada pada posisi Instrument. Hasil tes akan keluar pada tampilan Numeric dan Graphic. Pada kotak Absolute Spread kita menspesifikasikan posisi line dan receiver yang ingin di tes. Kotak Aux Descr digunakan untuk mendeskripsikan auxiliary channels yang ingin di tes. Gain yang ingin digunakan pada Instrument Test dapat dipilih apakah menggunakan G1 atau G2. Record Length / panjang perekaman dapat dipilih dari 1 – 99,9 detik. Tetapi pada tes Instrument Crosstalk panjang perekaman minimum adalah 5 detik pada Sample Rate 2 ms. Pada Daily Instrument Test kita harus merekam datanya, sehingga posisi pada tombol pilihan Record adalah Yes.
Jenis-jenis tes yang dilakukan adalah:

1. Instrument Noise (µV)
Selama tes channel input di short dengan menggunakan resistor internal. Geophone tidak terpasang.

2. Instrument Distortion (dB)
Selama tes geophone tidak terhubungkan. Generator pada FDU digunakan sebagai input channel yang sedang di tes.

3. Instrument Crosstalk (dB)
Tes ini terdiri dari dua tahap. Selama tahap pertama generator tes memberikan sebuah sinyal sinusoidal ke test network pada setiap FDU genap. Converter ADC pada setiap FDU ganjil mengukur tegangan yang dihasilkan pada test network-nya. Generator tes pada setiap FDU ganjil tidak diaktifkan. Kemudian pada tes tahap kedua sinyal sinusoidal diberikan pada setiap FDU ganjil dan tegangan yang dihasilkan diukur pada tes network setiap FDU genap.

4. Instrument Gain/Phase Error (%)
Tes ini memberikan error maksimum pada amplitudo dan fase. Geophone tidak terpasang. Generator yang berada di dalam FDU digunakan sebagai input channel yang sedang dites.

5. Common Mode Rejection (dB)
Selama tes, geophone tidak terpasang. Generator yang berada di dalam FDU digunakan sebagai input channel yang sedang dites.

Apabila setelah dilakukan Instrument Test ternyata ada FDU yang rusak maka harus dilakukan pergantian. Setelah pergantian FDU dilakukan maka dilakukan Instrument Tes ulang. Instrument Test sangat penting karena hasilnya mencerminkan kualitas alat yang digunakan.


PEMBENTANGAN KABEL DAN PENANAMAN GEOPHONE 

Pembentangan kabel adalah pekerjaan tahap pertama pada recording. Pembentangan kabel dilakukan oleh kru bentang. Satu kru bentang dapat membawa 8 roll kabel link dan 32 string geophone. Tugas kru bentang adalah menyambungkan kabel dan geophone dengan baik sesuai dengan lintasan dan tracenya. Satu orang kru bentang biasanya membawa satu roll kabel link atau dua string geophone.

Setelah pembantangan maka pekerjaan seklanjutnya adalah penanaman geophone yang dilakuakann oleh kru rojok. Peralatan yang dibutuhkan antara lain adalah super planter untuk membuat lubang tempat geophone akan ditanam, planting hole untuk menanamkan geophone, dan tali chaining untuk mengukur jarak antar geophone agar sesuai dengan parameter yang telah ditentukan.

Penanaman Geophone (Rojok)

Hal yang harus diperhatikan pada penanaman geophone adalah:
- Kedalaman geophone harus tepat, tidak terlalu dangkal dan tidak terlalu jauh, yaitu geophone tertanam pada koplingnya sehingga geophone dapat menerima siyal getaran seismik dengan baik.
- Posisi geophone harus tegak agar geophone dapat menerima gelombang seismik dengan maksimal.
- Penanaman geophone harus hati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan.
- Tidaklah bagus apabila geophone yang ditanam mengenai agar, karena dapat menimbulkan noise apabila pohon akar tersebut bergoyang tertiup angin.

A. Jenis Bentangan

1. Bentangan Normal
Pada satu string geophone atau satu trace terdapat 18 buah geophone. Pada bentangan normal jarak antara geophone pertama dengan geophone ke-18 adalah:

JarakAntarTrace – JarakAntarTrace*JumlahGeophonePerTrace

Karena jarak antar trace adalah 30 m maka jarak antara geophone pertama dengan geophone ke-18 adalah 28,33 m, maka jarak antar geophone adalah 28,33m/(18-1) atau sama dengan 1.667 m.
Posisi bentangan geophone sejajar dengan lintasan sehingga semua geophone yang terbentang berada tepat dilintasan.

2. Bentangan Simetri
Apabila geophone tidak dapat dibentang normal maka alternatif pertama yang dilakukan adalah membentang geophone secara simetri. Pada prinsipnya membentang geophone secara simetri sama dengan membentang geophone secara normal, hanya saja jarak antar geophone yang diperkecil, tetapi jarak antar geophone yang satu dengan yang lainnnya harus sama.
Membentang geophone secara simetri dapat disebabkan karena trace berada di dekat jalan, sungai, kanal atau sebab-sebab yang lain yang dapat menyebabkan geophone tidak dapat dibentang secara normal.
Kekurangan bentangan simetri adalah menyebabkan geophone lebih sensitif terhadap noise dan lebih mudah mendeteksi ground roll dibandingkan apabila geophone dibentang secara normal.

3. Bentangan Group
Membentang geophone secara group adalah alternatif terakhir apabila goephone tidak dapat dibentang secara normal maupun simetri. Penyebab geophone dibentang secara group sama dengan halnya mengapa geophone dibentang secara simetri, yaitu diantaranya karena geophone berada di dekat jalan, sungai atau kanal dan lintasan juga berpotongan dengan jalan, sungai atau kanal tersebut.
Bentangan yang di group adalah yang paling sensitif terhadap noise dari luar dan ground roll karena jarak antar geophone yang berdekatan. Tetapi bentangan group juga lebih sensitif dalam menerima getaran seismik. Dalam monitor record dapat terlihat bahwa bentangan yang digroup akan menghasilkan amplitudo getaran yang lebih besar dan relatif lebih lama dalam mendeteksi getaran.
Parameter bentangan group adalah geophone ditanam secara melingkar dengan diameter lingkaran sebesar 1 m. Harus diatur sedemikian rupa agar jarak antar geophone sama besar.

B. River Crossing

River Crossing dilakukan apabila lintasan berpotongan dengan sungai yang cukup lebar sehingga kita tidak dapat menghubungkannya dengan menggunakan kabel link. Bisanya pada River Crossing terdapat trace yang mati karena trace tersebut berada di tengah-tengah sungai dan tidak memungkinkan untuk di kompensasi maupun di offside.
Pada River Crossing kita menggunakan kabel transverse yang panjangnya dapat mencapai 200 – 300 m. kabel tranverse tersebut menghubungkan antara dua Laux yang masing-masing berada di kedua sisi sungai yang saling berseberangan. Kabel transverse tersebut terhubung pada port transverse Laux, apabila kabel transverse tersebut terhubung dengan port Left Transverse pada salah satu Laux maka pada Laux yang satunya lagi harus terhubung pada port Right Transverse.
Hal yang sangat penting dan berbahaya pada pengerjaan River Crossing adalah pembentangan kabel transverse di sungai. Pembentangan kabel transverse adalah dengan menggunakan perahu kecil. Pada perahu tersebut telah dipasang sebuah roda besar untuk menggulung ataupun untuk mengulur kabel. Pada saat pengangkatan kabel seringkali terjadi kabel tersangkut di dasar sungai. Apabila hal ini terjadi maka hal yang terpaksa dilakukan adalah memotong kabel transverse tersebut. 


CEK LINTASAN/CHECK TRACE  ( SN408XL )

Cek lintasan dilakukan sebelum dilakukan perekaman. Cek lintasan dilakukan untuk memeriksa kondisi kabel, FDU, geophone, LAUX, LAUL, dan baterai dil lintasan. Cek trace dilakukan di Labo, kemudian Labo mengintruksikan kepada observer line atau mandor telepon di lintasan untuk melakukan trouble shooting sesuai dengan analisa yang dilakukan di Labo.
Di labo, cek lintasan dilakukan dengan menggunakan window Line pada software Solaris yang digunakan. Dengan menggunakan window Line kita dapat melihat kegagalan pada instrumen di lintasan, baik kabel, FDU, geophone, LAUX, LAUL, dan baterai. Kegagalan tersebut diindikasikan dengan warna merah pada lambang instrumen pada window Line. Kita juga dapat melihat nilai numeriknya.

Tampilan window Line

Keterangan:
(1) Tab untuk memilih tampilan yang diinginkan.
(2) Indikator warna merah akan muncul pada tab apabila terjadi kegagalan pada tampilan tersebut.
(3) Peinrtah untuk membuka sebuah clone dari window utama Line. Pada panel clone kita dapat memilih tampilan yang berbeda.
(4) Tombol ini digunakan untuk memilih tipe tes yang ingin dilaksanakan. Hasil tes dapat ditampilkan dengan menekan tombol GO.
(5) Tab untuk memilih tampilan grafik dan numerik.
(6) Tombol untuk mematikan dan menghidupkan power supply ke line.
(7) Menampilkan banyaknya elemen yang mengalami kegagalan, dan banyaknya elemen yang terdeteksi.
(8) Lokasi pointer mouse yang berada di panel grafik.
(9) Legenda: menampilkan batasan Quality Control yang telah diprogram sebelumnya. Pada tampilan grafik, elemen yang dites akan berwarna hijau jika elemen tersebut berada pada limitnya, dan akan menunjukkan warna merah atau biru apabila berada diluar limit yang telah ditentukan.
(10) Tombol zoom out yang akan menampilkan faktor zoom sebelumnya.
(11) Tombol view all yang akan menghilangkan zoom.

Terdapat tiga pilihan tampilan pada window Line, yaitu topographic view, numeric view, dan histogram view.

A. Topographic View

Tampilan window Line Topographic View

Pada tampilan Topographic kita dapat melihat hasil cek elemen di lintasan dalam bentuk grafik. Kita dapat memilih informasi yang akan ditampilkan, diantaranya adalah:
- informasi dari survei
- informasi unit-unit di lapangan
- informasi dari level noise
Dengan mengklik tombol GO pada tampilan Sensors dan Instrumen maka akan dilakukan tes QC yang dipilih pada unit yang telah dipilih. Apabila tidak ada unit yang dipilih, maka tes akan dilakukan pada seluruh survei. Hal ini akan menghapus hasil tes sebelumnya, dan unit-unit akan menampilkan warna biru sampai tes selesai dan hasil tes yang baru tersedia. Apabila kita melakukan tes dan terdapat unit yang berwarna abu-abu hal tersebut berarti unit tersebut sibuk. Apapun tampilan informasi yang ditampilkan, hasil tes yang lain hanya perlu dilakukan dengan satu kali klik.

1. Tampilan Sensors


Tampilan window Topographic View tab Sensor

Dari tampilan ini kita dapat melihat tipe dari sensor yang digunakan, dan hasil tes yang dilakukan dari seluruh survei yang digunakan. Pada partai ini tipe sensor yang digunakan hanya geophone. Jenis tes yang dapat dilakukan antara lain:

- Resistance :
Tes Resistance/hambatan dilakukan untuk melihat apakah hambatan geophone berada pada batas yang telah ditentukan. Batasan hambatan yang dapat ditoleransi adalah 1.200 – 1.800 Ohm. Apabila geophone masih dalam toleransi tersebut maka tampilan sensor akan berwarna hijau, apabila hal yang sebaliknya terjadi maka sensor akan berwarna merah.
Hambatan geophone dapat lebih kecil dari 1.200 Ohm akibat geophone tersebut terguncang akibat adanya aktivitas di sekitar geophone tersebut, atau dapat juga disebabkan karena terjadi short di goephone tersebut. Sedangkan hambatan geophone yang lebih besar dari 1.800 Ohm akibat terjadinya mati separuh/half dead pada geophone. Mati separuh tersebut dapat terjadi karena adanya open pada geophone.
Apabila terjadi kegagalan pada hambatan geophone maka solusi yang pertama dilakukan adalah melihat apakah ada aktivitas di lintasan tang menyebabkan geophone bergetar, apabila tidak ada maka langkah berikutnya adalah dengan mengganti geophone tersebut dengan yang baru.

- Tilt :
Tes Tilt dilakukan untuk melihat kualitas dari rojokan. Tes Tilt akan menunjukkan kegagalan apabila geophone dirojok tidak dengan posisi tegak. Geophone yang yang belum dirojok juga akan menunjukkan kegagalan pada tampilannya yang diindikasikan dengan warna merah.
Apabila terjadi kegagalan pada Tilt maka hal pertama hal pertama yang dilakukan adalah mencari informasi apakah geophone tersebut sudah dirojok atau belum, apabila geophone tersebut sudah dirojok tetapi masih menunjukkan kegagalan Tilt maka solusi berikutnya adalah dengan melakukan rojok ulang.

- Leakage :
Tes Leakage adalah untuk memeriksa apakah ada kebocoran arus pada geophone. Leakage dapat terjadi karena kabel geohone yang terkelupas atau casing geophone yang pecah. Kasus leakage lebih banyak terjadi pada lokasi yang berair. Leakage juga dapat terjadi apabila kepala take out geophone kotor. Leakage juga dapat terjadi apabila ada aktivitas dilapangan yang menyebabkan geophone bergetar.
Solusi pertama yang dilakukan apabila terjadi kasus leakage adalah dengan membersihkan take out geophone, apabila hal tersebut sudah dilakukan tetapi leakage masih terjadi maka harus dilakukan pergantian geophone. Kasus leakage dapat dikurangi dengan memastikan konektor antara take out geophone dengan FDU tidak basah, yaitu dengan menggantung FDU tersebut dan melindunginya agar tidak terkena tetesan air hujan.

2. Tampilan Seismonitor

Pada Seismonitor kita dapat melihat sinyal input dari sensor. Seismonitor menampilkan spread yang aktif :
- Sensor yang aktif muncul sebagai kotak-kotak berwarna hijau,
- Sensor yang mati muncul sebagai kotak-kotak berwarna merah,
- Sensor yang di-mute muncul sebagai kotak-kotak berwarna biru tua,
- Trace yang tidak ada sensor di tampilkan dengan tanda tambah berwarna kuning.


Tampilan window Topographic View tab Sensor

Ketika seismonitor diaktifkan, tampilan ini memungkinkan kita untuk memonitor real-time noise. Terdapat delapan tingkat besarnya noise pada setiap receiver dengan kenaikan sebesar 6 dB, tingkatan noise tersebut juga diwakilkan dengan tinggi dan warna (dari hijau sampai merah) tergantung pada gain yang dipilih pada seismonitor. Warna merah adalah tingkat skala tertinggi. Sedangkan warna hijau berarti tidak ada noise yang diterima oleh geophone.

Tampilan window seismonitor ketika penembakan

Dari seismonitor kita dapat melihat noise-noise yang terdeteksi oleh geophone. Dengan menggunakan gain 42 dB kita masih dapat melakukan penembakan walaupun masih terdapat noise yang berwarna putih (-30 dB) sampai noise yang berwarna kuning (-18 dB), hal tersebut dikarenakan getaran noise tersebut masih terlalu lemah dibandingkan dengan getaran seismik yang ingin diukur. Namun harus diperhatikan noise yang konstan, seperti noise akibat mesin, karena walaupun noise yang diterima kecil tetapi akan merusak data. Sedangkan noise yang disebabkan oleh tegangan tinggi, walaupun terekan, masih dapat dihilangkan dengan melakukan notch pada frekuensi tegangan tinggi tersebut (50 Hz di Indonesia).

3. Tampilan Instrument
Tampilan ini menunjukkan konektivitas dari instrumen di lapangan yang berada pada survei.


Tampilan window Topographic View tab Instrument

Dengan memilih tampilan Instrumen kita dapat melihat hasil dari self-test yang muncul pada panel grafik. Kode pewarnaannya adalah sebagai berikut :
- Hijau : Unit yang teridentifikasi dan hasil self-testnya benar
- Jingga : Unit yang teridentifikasi tetapi tidak ada self-test yang dilakukan, hal ini terjadi karena ada masalah dalam transmisi.
- Merah : Unit yang tidak dapat digunakan karena self-testnya mengalami kegagalan.


Pilihan tampilan pada window tab Instrument

Apabila terjadi bad auto test pada FDU maka harus dilakukan pergantian kabel link. Sebelum menggantinya kabel link maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mencek apakah kabel link penggantinya dalam kondisi bagus. Kabel link yang baru tersebut diperiksa dengan menyambungkannya pada line sehingga dapat dicek oleh Labo. Kabel tersebut disambungkan ke line sebelum dibentang atau masih dalam keadaan tergulung. Setelah dicek dan hasilnya bagus maka baru kemudian kabel link tersebut dibentang, disambungkan ke kabel berikutnya, dan menyambungkan take out geophonenya ke FDU. Kabel lama yang rusak dikeluarkan, diberikan pita merah dengan diberikan keterangan jenis kerusakan yang terjadi. Serial Number kabel link yang rusak tersebut dicatat, demikian juga dengan nomor FDU yang mengalami kerusakan. Hal tersebut untuk mempermudah proses perbaikan kabel link tersebut yang dikerjakan di gudang Labo.
Apabila terjadi Transmit Error pada kabel diantara FDU maka akan direpresentasikan pada panel Instrument dengan kabel penghubung antar FDU yang berwarna kuning. Transmit Error terjadi apabila kabel tidak dapat mentransfer data dengan baik. Apabila terjadi transmit error maka harus dilakukan pergantian kabel link. Apabila terjadi transmit error pada saat perekaman dapat menyebabkan Line Cut.

4. Tampilan Batteries
Tampilan ini menunjukkan tampilan power supply unit yang berada di dalam survey. Tombol di pojok atas kiri memungkinkan kita untuk menampilkan atau menyembunyikan beberapa elemen.
Kita dapat mengatur tegangan baterai minimum yang digunakan di Line dengan menggunakan Threshold. Apabila ada baterai yang berada di bawah batas minimum yang telah kita tentukan maka tampilan baterai akan berwarna merah. Baterai yang lemah harus dikeluarkan untuk diisi kembali. Pemasangan jumper baterai yang tidak bagus dapat menyebabkan tegangan baterai yang terukur menjadi lebih kecil dari tegangan baterai yang sebenarnya. Tegangan operasional LAUX dan LAUL adalah 10,5 – 15 Volt DC.


Tampilan window Topographic View tab Batteries
B. Numeric View

Pada tampilan numeric kita dapat melihat hasil tes yang diperoleh dalam bentuk numerik. Apabila ada sensor, FDU, atau baterai yang mempunyai karakteristik diluar yang telah ditentukan, maka nilai karakteristik sensor, FDU, dan baterai tersebut pada tabel akan mempunyai latar belakang warna merah. Kita juga mempunyai pilihan untuk hanya menampilkan yang memiliki kegagalan saja dengan memilih Only Error. Tipe data yang bisa dipilih adalah:

1. Sensors
Dari tipe data sensor kita dapat melihat beberapa informasi, diantaranya adalah serial number dari FDU tempat geophone dipasangkan, nomor lintasan, nomor trace, tipe sensor (pada proyek Elnusa A5.43 menggunakan geophone), besar hambatan geophone (Ohm), besarnya noise pada geophone (μV), nilai leakage geophone (MOhm), nilai tilt geophone (%).


Tampilan window Numeric View tab Sensor

2. Instruments
Dari tampilan ini kita bisa melihat nilai-nilai karakteristik dari FDU seperti Serial Number, nomor Line, nomor trace, status Auto Test, besarnya Distorsi (dB), Noise (μV), Common Mode Rejection Ratio (dB), Gain Error (%), dan Phase Error (μs).


Tampilan window Numeric View tab Instrument

3. History
Di History kita dapat melihat Serial Number, nomor Line, nomor trace dari instrumen (Control Module, FDU, LAUX, LAUL) dan juga tanggal beserta waktu alat-alat tersebut terlihat pertama dan terakhir kali pada survey.


Tampilan window Numeric View tab History

C. Histogram View

Kita dapat melihat hasil dari Sensor Tests dan Instrument Test dalam bentuk grafik pada panel utama Histogram View.


Tampilan window Historic View
 

PENEMBAKAN ( SERCEL SN408XL )


Tampilan window Operation


Ketika pilihan SOURCE dipilih pada menu Preference, maka pada panel utama Operation menyediakan sebuah tabel yang berisi informasi akuisisi dari data dan memungkinkan observer untuk memilih source point yang akan ditembak. Disebelah bawah panel terdapat hasil dari akuisisi dan informasi proses akuisisi data tersebut, yaitu Internal Time Break (ITB) dan Transmit Error.
Transmit Error (TE) terjadi apabila satu atau lebih kesalahan pada proses transmisi data terdeteksi pada Line. Internal Time Break (ITB) menunjukkan bahwa 408XL gagal menerima Time Break dan juga Time Break Window. ITB dihasilkan setelah Time Break Window mengikuti setelah Firing Order seleasi, dengan akurasi ± 5 ms.

Tampilan panel Result pada window Operation

Transmit Error (TE) terjadi apabila satu atau lebih kesalahan pada proses transmisi data terdeteksi pada Line. Internal Time Break (ITB) menunjukkan bahwa 408XL gagal menerima Time Break dan juga Time Break Window. ITB dihasilkan setelah Time Break Window mengikuti setelah Firing Order seleasi, dengan akurasi ± 5 ms.
TB Window adalah interval waktu yang mulai ketika 408XL mengirim sebuah Firing Order (FO). Selama TB Window, 408XL menunggu TB dari shooting system. Jika TB muncul dalam interval tersebut, kemudian akuisisi dimulai. Jika TB tidak muncul maka 408XL membuat sebuah Internal TB (ITB) dan akuisisi dimulai.
Tabel operasi source harus didefinisikan dengan menggunakan panel Source Operation Setup pada menu Preference. Kolom pada panel utama Operation adalah sama seperti pada panel Operation Setup
Selama akuisisi sebuah pesan ASCII diterima dari kotak blaster (melalui adaptor XDEV pada Auxiliary line) yang terdiri dari nilai:

1. Uphole Time (UHT)
Uphole Time adalah waktu pulsa dari ledakan terdeteksi oleh uphole. Ditentukan dengan menganalisa sinyal dari geophone uphole.

2. Confirmed Time Break (CTB)
CTB adalah banyaknya waktu dari arus yang mengalir ke detonator lebih besar dari 4 amps. Mulainya arus mengalir adalah sebagai awal dari Time Break.

Panel Process Type Setup digunakan untuk menyediakan informasi dari tipe pemprosesan data. Record Length (1,0 – 99,9 detik) adalah lamanya waktu perekaman data. Pada model Impulsive, waktu ini sama dengan lamanya akuisisi data. Refraction Delay (0 – 64.000 ms) adalah selisih waktu antara Time Break yang diterima oleh 408XL dengan dimulainya akuisisi. TB Window (0 – 64.000 ms) adalah interval waktu yang dimulai ketika 408XL mengirim sebuah Firing Order (FO). Selama TB Window, 408XL menunggu TB dari shooting system. If TB muncul pada interval tersebut maka akuisisi dimulai. Jika tidak maka 408XL akan menghasilkan sebuah Internal TB (ITB) dan akuisisi dimulai. AUX Process Descriptor adalah untuk mendefinisikan proses yang ingin dilakukan pada channel auxiliary.


Tampilan menu Process Type Setup pada window Operation

Panel Process Type Setup seperti yang di bawah terdiri dari sebuah tabel yang berisi karakteristik dari perencanaan Shot Point secara berurutan.

Tampilan menu Operation Source Setup pada window Operation

Spread Option memungkinkan kita untuk memilih antara “Absolute” dan “Generic”. Dengan memilih “Absolute” kita harus menspesifikasi spread dari akuisisi yang akan digunakan secara komplit untuk setiap tembakan. Ketika kita mengisi file SPS ke database pada dengan menggunakan Log, maka akan secara otomatis akan mengaktifkan tabel operasi dengan menggunakan spread Absolute.
Sebuah spread “Generic” akan mendeskripsikan pola dari channel aktif. Generic sangat berguna jika pemprograman spread diselesaikan secara manual dan kita tidak ingin mengubah deskripsi setiap kali spread bergeser.
Shot/Vp Id adalah untuk nomor Shot point atau Vibrated Point. Break Point adalah untuk memberikan identitas apakah pada Shot Point tersebut sudah dilakukan penembakan atau belum. Source Line untuk menandakan pada Line berapa sumber getaran atau Shot Point berada. Source Receiver adalah untuk menandakan pada Line berapa Receiver atau geophone berada. Sfl, Spread First receiver Position Number, adalah Receiver Position atau nomor trace terendah pada spread. Pada generic spread Sfn diisi oleh operator, sedangkan pada absolute spread Sfl secara otomatis akan dihitung oleh sistem.
Dengan menekan tombol GO maka Firing Order akan terkirim. Dengan menekan ABORT maka akan menginterupsi shot point yang sedang ditembak setelah proses akuisisi selesai. Sebuah kotak dialog akan tampil dan memberikan pilihan apakah ingin merekam data atau menggagalkan shot point. Pilih OK jika ingin merekam akuisisi. Jika memilih CANCEL maka proses akuisisi tidak akan direkam.
Selama penembakan dapat terjadi kegagalan-kegagalan atau disebut juga dengan Misfire. Ada Misfire yang terjadi sehingga harus dilakukan redrill, dan ada juga yang tidak.
Misfire yang terjadi sehingga harus dilakukan redrill diantaranya adalah:

1. Dead Cap
Dead Cap terjadi karena detonator tidak aktif, atau dapat juga terjadi karena kabel detonatornya terlepas atau open. Dapat terdeteksi dengan nilai hambatan detonator yang terukur pada blaster yang terlalu besar.

2. Short Wire
Short Wire terjadi karena kabel detonator terkelupas dan terhubung dengan kabel pasangannya dai polaritas yang berbeda. Short Wire terdeteksi dengan nilai hambatan detonator yang terukur pada blaster terlalu kecil.

3. Lost Wire
Lost Wire atau hilangnya kabel detonator dapat terjadi karena dua hal. Yang pertama dapat terjadi karena kabel detonator tersebut terperosok ke dalam lubang sehingga tidak mungkin lagi untuk diambil. Atau dapat juga hilang karena diambil atau ditarik oleh orang secara sengaja maupun tidak sengaja. Biasanya ada beberapa orang warga setempat yang sengaja mengambil kabel detonator tersebut untuk dijual.

4. Lost Hole
Lost Hole atau hilang lubang dapat terjadi karena hilangnya patok shot point sehingga shooter tidak dapat mencari posisi lubang tembak. Adanya kompensasi dan offside akan mempertambah sulit shooter dalam mencari lubang tembak terutama apabila patoknya hilang.

5. Cap Only
Cap Only terjadi karena pada saat penembakan hanya detonatornya saja yang meledak sedangkan bahan peledaknya tidak, sehingga getaran yang dihasilkan tidak cukup kuat.

6. Weak Shot
Weak Shot terjadi karena hanya sebagian dari bahan peledak saja yang ikut meledak sehingga getaran yang dihasilkannya lemah.

7. No CTB & UHT
No CTB & UHT terjadi karena 408XL tidak dapat menerima Confirm Time Break dan Uphole Time dari blaster slave. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah karena komunikasi radio yang buruk. Komunikasi radio yang buruk dapat menyebabkan No CTB & UHT dikarenakan pengiriman data CTB dan UHT dari blaster slave ke blaster master di LABO adalah melalui transmisi radio. No UHT dapat terjadi karena shooter tidak memasang geophone Uphole dengan baik.

8. DAS (Dead After Shot)
DAS adalah kegagalan yang muncul setelah penembakan dilakukan. Sebelum penembakan dilakukan tidak ada kerusakan pada detonator yang terukur. Tetapi setelah penembakan dilakukan terjadi kerusakan pada detonator yang terdeteksi.

9. Low Frequency
Low Frekuency terjadi karena rendahnya frekuensi yang dihasilkan oleh sumber getar. Low Frequency menyebabkan data yang terekam tidak bagus. Low Frequency dapat disebabkan karena areanya yang menyerap energi dari sumber getar, atau karena penanaman bahan peledak yang kurang dalam.

10. Line Cut
Line Cut terjadi karena adanya kegagalan pengiriman data melalui kabel pada saat akuisisi data sehingga sebagian data hilang. Line Cut biasa terjadi karena transmission error yang disebabkan oleh efek statik. Efek statik sering terjadi apabila cuaca mendung atau berawan. Efek statik dapat terjadi pada saat proses akuisisi berlangsung sehingga sulit untuk diprediksi.

11. Wrong Spread
Wrong Spread terjadi karena tidak cocoknya antara shot point yang ditembak dengan channel yang aktif. Wrong spread dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertama adalah karena adanya kesalahan pada pemprograman yang dilakukan oleh operator Labo. Wrong Spread juga dapat terjadi karena kesalahan posisi yang dilakukan oleh shooter. Wrong Spread dapat dihindari dengan mencek program sebelum penembakan, dan mencek posisi shooter.

12. Lost Record
Lost Record terjadi karena kegagalan dalam merekam data ke dalam cartridge setelah data berhasil diakuisisi. Lost Record dapat terjadi karena recorder sedang di bypass, atau juga dapat terjadi karena konektivitas yang tidak baik antara cartridge dengan PRM.


PENYIMPANAN DATA ( SERCEL SN408XL )

Penyimpanan data dilakukan pada dua buah tape. Perekaman tape menggunakan Cartridge Drive yang terhubung dengan Processing Module (PRM). Pada Cartridge Drive tersebut terdapat dua buah device, dimana masing-masing device untuk merekam pada satu tape.
Sebelum perekaman dilakukan, harus ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:
1. Cartridge Drive sudah dibersihkan dengan menggunakan cleaner sehingga tidak terjadi kegagalan dalam perekaman karena Cartridge Drive kotor.
2. Tape yang akan direkam sudah dimasukkan ke dalam Cartridge Drive dan dalam keadaan Ready.
3. Pengaturan Recorder pada posisi Data.
4. Memeriksa apakah nomor tape dan Record Number sudah sesuai.
5. Setelah penembakan harus diperhatikan indikator Recorder apakah perekaman dapat berlangsung dengan baik atau tidak.

Tampilan menu Records Setup

Dengan menggunakan Record Setup kita dapat mengatur Record Number dan Test Record Number, nomor tape, dan juga jumlah file maksimum dalam setiap tape. Test Record Number digunakan untuk penomoran file Instrument Test. Apabila kita memasukkan angka 202 pada Record Number, maka file pertama akan memiliki nomor 202 dan file berikutnya akan secara otomatis naik satu nilai menjadi 203 dan begitu seterusnya, begitu juga halnya dengan Test Record Number. Setiap harinya Test Record Number akan dimulai dengan angka 9001. Namun pada Record Number akan melanjutkan angka pada hari sebelumnya.
Panel Recorder digunakan untuk mengontrol perekaman. Untuk dapat merekam pada tape, kita harus memilih pilihan “Record on Tape” pada panel Install. Dengan menekan “MANUAL” maka akan mengaktifkan tombol kontrol (INIT, EOF, AGAIN, dan PLAYBACK) dan akan mengisolasi tahap recorder pada 408XL. Maka akuisisi data akan tertahan sampai Recorder dipindahkan ke posisi AUTO kembali.


Tampilan window Recorder

Dengan memilih “AUTO” akan menghubungkan recorder stage ke stage sebelumnya pada 408XL. SCSI bus dapat dihubungkan sampai dengan empat buah recorder. Ketika sebuah recorder terhubungkan dengan bus dan dihidupkan, sebuah lampu indikator akan muncul pada panel “Device”. Lampu indikatornya ialah:
- Lampu indikator tidak muncul: hal ini mengindikasikan kalau recorder tidak terhubungkan atau belum dinyalakan.
- Lampu indikator merah: hal ini mengindikasikan recorder sudah terhubungkan dan sudah dinyalakan, tetapi cartridge belum dimasukkan.
- Lampu indikator jingga: hal ini mengindikasikan recorder sudah terhubungkan dan sudah dinyalakan, dan cartridge sudahdimasukkan.
- Lampu indikator hijau: hal ini mengindikasikan recorder sudah terhubungkan dan sudah dinyalakan, cartridge sudahdimasukkan, dan sedang digunakan untuk perekaman.
Ketika kita memilih ”MANUAL” maka pengoperasian secara manual seperti EOF, AGAIN, dan PLAYBACK akan aktif.
1. EOF
Dengan memilih tombol ini maka akan menyebabkan End of File kedua yang akan ditulis setelah file terakhir. Sebuah EOF akan secara otomatis tertulis pada akhir setiap record. EOF yang kedua diinterpretasikan sebagai akhir dari tape. Hal ini akan menyebabkan file count berubah kembali menjadi 0.
End of Tape juga akan secara otomatis muncul apabila jumlah file yang terekam pada tape sudah mencapai batas maksimum yang telah ditentukan.

2. AGAIN
Dengan memilih tombol ini akan menyebabkan record yang sama akan ditulis kembali ke tape yang baru, contohnya ketika terjadi kegagalan untuk menulis record secara keseluruhan.
Ketika tombol “DATA” aktif, dengan menekan tombol AGAIN akan menyebabkan record akan ditulis kembali ke dalam tape. Tetapi dengan tombol “TBP” yang aktif, maka dengan menekan tombol AGAIN akan menyebabkan record di-playback pada monitor record. Dengan tombol “File” yang aktif, dengan menekan tombol “AGAIN” akan membuka MEDIA VIEW yang menampilkan disk space yang tersedia, dan menampilkan nama dan ukuran file yang sudah disimpan.

3. PLAYBACK
Dengan menekan tombol PLAYBACK akan menampilkan sebuah kotak dialog yang memungkinkan kita untuk memilih jenis Playback yang kita inginkan.


                                           Tampilan menu Playback pada window Recorder

Tipe-tipe dari Playback yang tersedia adalah:

1. Last Record
Digunakan untuk melakukan playback pada record yang sebelumnya. Tape akan mencari header dengan Record Number yang sesuai dengan Record Number dari file terakhir yang direkam. Last Record juga berfungsi untuk memposisikan record terakhir pada akhir dari tape.

2. Next Record
Next Record digunakan untuk melakukan playback pada record berikutnya.

3. Forward
Forward digunakan untuk melakukan playback terhadap record yang berada setelah posisi di tape pada saat itu.

4. Backward
Sedangkan Backward digunakan untuk melakukan playback terhadap record yang berada di posisi sebelumnya.

Hal penting lainnya yang harus diperhatikan adalah pengemasan tape hasil perekaman yang ingin dibawa ke Basecamp. Setiap tape harus diberikan identitas seperti nomor tape, tanggal perekaman, dan Record Number pada tape. Tape sangat rentan terhadap medan magnet. Apabila tape terkena medan magnet yang cukup besar maka data yang berada pada tape dapat rusak, sehingga tape harus dilindungi dari medan magnet. Tape hasil perekaman harus dibungkus dengan alumunium foil agar tidak dapat ditembus oleh medan magnet. Kendaraan yang membawa tape tidak diperbolehkan menyalakan radio karena akan speaker yang menyala akan menghasilkan medan magnet. Tape juga harus dihindarkan dari medan magnet lainnya seperti radio HT.